-->
Kopi Alinea

Dampak Hilangnya Tiktok Shop bagi Konsumen (Generasi Z) dan Solusi Menjawab Keluhan Pedagang Konvensional

Senin, 23 Oktober 2023

 Oleh: Alfiyah Nur Andini


Teknologi sangat berdampak bagi masyarakat, mulai dari berkomunikasi menggunakan pemanfaatan teknologi sampai dengan berbelanja secara digital. Generasi Z merupakan generasi yang tidak bisa terlepas dari teknologi, kegiatan sosialnya lebih sering dilakukan di dunia maya dibanding dunia nyata. Mereka cenderung lebih menyukai hal praktis, seperti berbelanja online daripada mendatangi pasar kovensional secara langsung. Karena pada pasar online perbandingan harga jauh lebih murah daripada pasar konvensional, dan juga terdapat banyak promo yang menjadi daya tarik tersendiri untuk generasi Z sebagai konsumen. Hal tersebut sangat memudahkan untuk melakukan pembelian barang secara online tanpa keluar rumah dan fleksibel seperti berbelanja di Shopee, Lazada, Tiktok Shop, dan e-commerce lainnya.

Diantara berbagai macam e-commerce yang ada, fitur Tiktok Shop paling banyak diminati oleh masyarakat terutama generasi Z. Tiktok Shop merupakan fitur perdagangan sosial yang memungkinkan pengguna dan pencipta untuk mengiklankan dan menjual produk mereka melalui Tiktok. Tiktok Shop memberikan harga yang relatif murah dan promosi-promosi yang ditawarkan cukup besar dibandingkan e-commerce lainnya dan menjadi daya tarik bagi generasi Z untuk berbelanja di Tikok Shop. Selain memberikan kemudahan bagi konsumen, bagi masyarakat yang ingin berdagang pun bisa dengan mudah menggunakan fitur Tiktok Shop seperti melakukan live streaming untuk produknya dan mencantumkan link produk pada videonya. Masyarakat dari berbagai kalangan khususnya generasi  Z atau kaum milenial lebih banyak memilih berbelanja online pada Tiktok Shop daripada berbelanja di e-commerce yang lain. Namun, pada Rabu 4 Oktober 2023 pukul 17:00 WIB Tiktok Shop resmi ditutup dan pedagang ataupun pembeli tidak bisa menggunakan e-commerce tersebut.

Adanya penutupan terhadap fitur Tiktok Shop disebabkan oleh penyalahgunaan perizinan yang berlaku di Indonesia. Platform Tiktok memiliki perizinan sebagai penyelenggara sistem eletronik dari Kementrian Komunikasi dan Informatika. Bukan sebagai perdagangan melalui sistem elektronik dari Kementrian Perdagangan. Generasi Z yang biasanya berbelanja online melalui Tiktok Shop kini sudah tidak bisa menggunakan fitur tersebut, akibatnya akan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi yang bisa diciptakan oleh social commerce. Dengan hilangnya Tiktok Shop generasi Z akan merasa kesulitan untuk berbelanja online karena e-commerce yang biasanya digunakan sudah tidak ada, dan memilih menggunakan e-commerce lainnya dengan nilai praktis yang didapatkan.

Berita ditutupnya Tiktok Shop menuai banyak tanggapan dari masyarakat di dunia maya, mereka beranggapan bahwa rendahnya harga jual di Tiktok Shop menjadi penyebab ditutupnya Tiktok Shop karena pedangang konvensional tidak bisa bersaing dengan harga jual di Tiktok Shop. Namun, pedagang konvensional justru mengeluhkan bahwa dampak dari hilangnya Tiktok Shop masih belum terasa, kondisi pasar masih sama saja, konsumen lebih memilih berbelanja di e-commerce lainnya dibandingkan ke pasar kovensional karena meskipun Tiktok Shop dihapus tetapi e-commerce yang lain masih ada dan masih dipergunakan. Hal ini berarti pedagang konvensional dirugikan, maka untuk menumbuhkan kesetaraan bagi pedagang konvensional harus mampu membuat strategi pemasaran yang dapat menarik bagi masyarakat terutama generasi Z dengan memanfaatkan teknologi seperti memposting produk di media sosial karena perkembangan teknologi akan semakin pesat.

Persaingan dalam jual beli antara pedagang online dan pedagang konvensional dimenangkan oleh pedagang online, karena masyarakat lebih tertarik berbelanja dengan mudah tanpa keluar rumah dan harga yang murah dengan berbagai promo. Apalagi generasi Z lebih dominan beraktivitas di dunia maya akan memilih berbelanja secara online. Hal tersebut mengancam pedagang konvensional dan akan menurunkan omset pendapatan pasar. Maka, pedagang konvensional harus bertahan di era gempuran penjualan online. Strategi bertahan yang harus dilakukan yaitu mempertahankan usaha dagangannya dari segi harga, waktu dan lokasi, pemasaran, kualitas produk, jenis produk, promosi dan lain sebagainya. Dalam memuaskan konsumen, pedagang konvensional juga harus mampu menarik khalayak ramai untuk membeli produknya, dalam hal ini pedagang konvensional juga menyesuaikan dengan perkembangan zaman, yaitu dengan melakukan penggabungan konsep antara offline dan online (omnichannel). Pedagang konvensional bisa mulai membangun kehadiran online mereka melalui platform yang ada ataupun media sosial. Kemampuan untuk melakukan strategi tersebut bisa diwujudkan dengan belajar mengamati strategi yang dilakukan oleh pedagang online dan belajar menggunakan media sosial sebagai media promosi atau pemasaran. Sehingga meskipun terdapat banyak e-commerce, tetapi pedagang konvensional tetap mendapatkan penghasilan yang setara dan tidak terjadi ketimpangan antara pedagang online dan konvensional.

 

DAFTAR PUSTAKA

Benedicta Prima. (2023). Kenapa Tiktok Shop Ditutup? Ini Penjelasan Lengkapnya.

CNBC Indonesia. (2023). Geger Tiktok Shop Buka 10 November, Mende: Belum Ada Izin!.

CNBC Indonesia. (2023). Tiktok Shop Resmi Tutup, Pedagang Diminta Pindah ke Sini

CNBC Indonesia. (2023). Viral Tiktok Shop Buka Lagi November, Ini Kata Mendag.

Universitas Siber Asia. (2023). Tiktok Shop vs Pedagang Tanah Abang.


Share This :

0 Comments