Oleh: Alfiyah Nur Andini
Teknologi
sangat berdampak bagi masyarakat, mulai dari berkomunikasi menggunakan
pemanfaatan teknologi sampai dengan berbelanja secara digital. Generasi Z
merupakan generasi yang tidak bisa terlepas dari teknologi, kegiatan sosialnya
lebih sering dilakukan di dunia maya dibanding dunia nyata. Mereka cenderung
lebih menyukai hal praktis, seperti berbelanja online daripada
mendatangi pasar kovensional secara langsung. Karena pada pasar online
perbandingan harga jauh lebih murah daripada pasar konvensional, dan juga
terdapat banyak promo yang menjadi daya tarik tersendiri untuk generasi Z
sebagai konsumen. Hal tersebut sangat memudahkan untuk melakukan pembelian
barang secara online tanpa keluar rumah dan fleksibel seperti berbelanja
di Shopee, Lazada, Tiktok Shop, dan e-commerce lainnya.
Diantara
berbagai macam e-commerce yang ada, fitur Tiktok Shop paling banyak
diminati oleh masyarakat terutama generasi Z. Tiktok Shop merupakan fitur
perdagangan sosial yang memungkinkan pengguna dan pencipta untuk mengiklankan
dan menjual produk mereka melalui Tiktok. Tiktok Shop memberikan harga yang
relatif murah dan promosi-promosi yang ditawarkan cukup besar dibandingkan e-commerce
lainnya dan menjadi daya tarik bagi generasi Z untuk berbelanja di Tikok Shop.
Selain memberikan kemudahan bagi konsumen, bagi masyarakat yang ingin berdagang
pun bisa dengan mudah menggunakan fitur Tiktok Shop seperti melakukan live
streaming untuk produknya dan mencantumkan link produk pada
videonya. Masyarakat dari berbagai kalangan khususnya generasi Z atau kaum milenial lebih banyak memilih
berbelanja online pada Tiktok Shop daripada berbelanja di e-commerce
yang lain. Namun, pada Rabu 4 Oktober 2023 pukul 17:00 WIB Tiktok Shop resmi
ditutup dan pedagang ataupun pembeli tidak bisa menggunakan
e-commerce tersebut.
Adanya
penutupan terhadap fitur Tiktok Shop disebabkan oleh penyalahgunaan perizinan
yang berlaku di Indonesia. Platform Tiktok memiliki perizinan sebagai
penyelenggara sistem eletronik dari Kementrian Komunikasi dan Informatika.
Bukan sebagai perdagangan melalui sistem elektronik dari Kementrian
Perdagangan. Generasi Z yang biasanya berbelanja online melalui Tiktok
Shop kini sudah tidak bisa menggunakan fitur tersebut, akibatnya akan terjadi
penurunan pertumbuhan ekonomi yang bisa diciptakan oleh social commerce.
Dengan hilangnya Tiktok Shop generasi Z akan merasa kesulitan untuk berbelanja
online karena e-commerce yang biasanya digunakan sudah tidak ada, dan
memilih menggunakan e-commerce lainnya dengan nilai praktis yang
didapatkan.
Berita
ditutupnya Tiktok Shop menuai banyak tanggapan dari masyarakat di dunia maya,
mereka beranggapan bahwa rendahnya harga jual di Tiktok Shop menjadi penyebab
ditutupnya Tiktok Shop karena pedangang konvensional tidak bisa bersaing dengan
harga jual di Tiktok Shop. Namun, pedagang konvensional justru mengeluhkan
bahwa dampak dari hilangnya Tiktok Shop masih belum terasa, kondisi pasar masih
sama saja, konsumen lebih memilih berbelanja di e-commerce lainnya
dibandingkan ke pasar kovensional karena meskipun Tiktok Shop dihapus tetapi e-commerce
yang lain masih ada dan masih dipergunakan. Hal ini berarti pedagang
konvensional dirugikan, maka untuk menumbuhkan kesetaraan bagi pedagang
konvensional harus mampu membuat strategi pemasaran yang dapat menarik bagi
masyarakat terutama generasi Z dengan memanfaatkan teknologi seperti memposting
produk di media sosial karena perkembangan teknologi akan semakin pesat.
Persaingan
dalam jual beli antara pedagang online dan pedagang konvensional dimenangkan
oleh pedagang online, karena masyarakat lebih tertarik berbelanja dengan mudah
tanpa keluar rumah dan harga yang murah dengan berbagai promo. Apalagi generasi
Z lebih dominan beraktivitas di dunia maya akan memilih berbelanja secara
online. Hal tersebut mengancam pedagang konvensional dan akan menurunkan omset
pendapatan pasar. Maka, pedagang konvensional harus bertahan di era gempuran
penjualan online. Strategi bertahan yang harus dilakukan yaitu mempertahankan
usaha dagangannya dari segi harga, waktu dan lokasi, pemasaran, kualitas
produk, jenis produk, promosi dan lain sebagainya. Dalam memuaskan konsumen, pedagang
konvensional juga harus mampu menarik khalayak ramai untuk membeli produknya,
dalam hal ini pedagang konvensional juga menyesuaikan dengan perkembangan
zaman, yaitu dengan melakukan penggabungan konsep antara offline dan online
(omnichannel). Pedagang konvensional bisa mulai membangun kehadiran online
mereka melalui platform yang ada ataupun media sosial. Kemampuan untuk
melakukan strategi tersebut bisa diwujudkan dengan belajar mengamati strategi
yang dilakukan oleh pedagang online dan belajar menggunakan media sosial
sebagai media promosi atau pemasaran. Sehingga meskipun terdapat banyak e-commerce,
tetapi pedagang konvensional tetap mendapatkan penghasilan yang setara dan
tidak terjadi ketimpangan antara pedagang online dan konvensional.
DAFTAR
PUSTAKA
Benedicta
Prima. (2023). Kenapa Tiktok Shop Ditutup? Ini Penjelasan Lengkapnya.
CNBC
Indonesia. (2023). Geger Tiktok Shop Buka 10 November, Mende: Belum Ada Izin!.
CNBC
Indonesia. (2023). Tiktok Shop Resmi Tutup, Pedagang Diminta Pindah ke Sini
CNBC
Indonesia. (2023). Viral Tiktok Shop Buka Lagi November, Ini Kata Mendag.
Universitas
Siber Asia. (2023). Tiktok Shop vs Pedagang Tanah Abang.
0 Comments