-->
Kopi Alinea

Tak Beradab Akan Menjadi BIADAB

Senin, 13 November 2023

 Penulis : Anisatus Sholihah




Akhir-akhir ini sosial media banyak sekali memberitakan terjadinya kasus bullying. Bullying atau perundungan merupakan tindakan agresif yang dilakukan oleh individu maupun kelompok yang merasa bahwa dirinya memiliki kekuasaan di atas individu maupun kelompok lainnya (Adiyono et al., 2022). Perilaku bullying ini memberikan dampak yang sangat serius bagi korbannya, baik secara fisik maupun psikologis. Korban bullying bisa mengalami trauma yang berat, sehingga membuat mereka menjadi lebih pendiam dan merasa takut untuk memulai berinteraksi dengan orang lain.

Miris sekali ketika banyak ditemukan kasus bullying yang terjadi berada di ruang lingkup sekolah. Notabene sekolah merupakan tempat di mana siswa belajar menjadi pribadi yang lebih baik, di sekolah juga tidak hanya belajar tentang materi pelajaran saja tetapi juga tentang pendidikan karakter. Sekolah seharusnya menjadi wadah untuk menciptakan manusia yang lebih bermartabat dan lebih berwawasan. Tetapi, kenyataannya sekarang malah menjadi tempat yang di mana banyak terdapat pelaku bullying.

Hal yang tidak kalah penting untuk disoroti dalam kasus bullying ini adalah orang tua. Kenapa orang tua? Orang tua merupakan guru pertama seorang anak. Orang tua yang memberikan pendidikan pertama tentang bagaimana beradab terhadap sesama manusia. Apabila anak memiliki perilaku agresif yang tidak beradab seperti bullying ini, apakah orang tua termasuk gagal dalam mendidik anak?

Ternyata ada satu hal lagi yang dapat mempengaruhi bagaimana sikap anak, bagaimana karakter anak terbentuk, yaitu lingkungan. Mengapa lingkungan juga termasuk dalam faktor yang mempengaruhi karakter anak? karena di lingkunganlah sejatinya anak banyak berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai kalangan. Anak bisa memiliki adab yang baik dan jiwa sosial yang baik terhadap sesama apabila lingkungannya juga mendukung anak mejadi demikian. Sebaliknya, anak akan menjadi perundung yang tidak memiliki adab, selalu merasa bahwa dirinya berkuasa, dan menjadi brutal.

Berdasarkan tiga faktor yang telah di paparkan di atas, siapa yang pantas disalahkan? Akankah pihak sekolah yang tidak berhasil menciptakan generasi yang bermartabat? Atau orang tua yang gagal dalam memberikan pendidikan karakter terhadap anaknya? Atau bahkan lingkungan yang ditempati oleh anak?. Dalam kasus bullying di sekolah ini, ketiga faktor tersebut saling berkaitan antar satu dengan yang lainnya.

Dilansir dari artikel Retizen, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat bahwa per tanggal 13 Februari 2023 kasus bullying mengalami kenaikan angka yaitu sebanyak 1.138 kasus kekerasan fisik dan psikis. Berdasarkan data hasil Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis pada tahun 2018 menyatakan bahwa sebanyak 41,1% pelajar Indonesia mengalami bullying. Berdasarkan data hasil yang telah dipaparkan di atas, sudah cukup bagi kita untuk menelan ludah, merasa geriming melihat mirisnya kasus bullying yang terjadi pada pelajar ini.

Anak yang seharusnya menjadi kebanggaan bagi orang tua dan sekolah ternyata malah menjadi perundung menakutkan. Dalam menangani dan mencegah anak menjadi pelaku bullying, tentunya perlu sekali hadirnya peran orang tua dan peran sekolah dalam menangani kasus ini. Orang tua harus lebih memperhatikan lagi bagaimana kondisi anak, memberikan pendidikan karakter selagi masih dini, menanamkan moral baik, memantau perkembangan yang dialami oleh anak. Peran guru di sekolah untuk menangani dan mencegah hal ini yaitu bisa dengan melakukan sosialisasi rutin terkait bullying, memberikan bimbingan konseling, melindungi korban bullying dan memberikan sanksi kepada perilaku bullying (Ramadhanti & Hidayat, 2022). Strategi-strategi tersebut diharapkan menjadi sebuah solusi untuk menangani dan mencegah terjadinya kasus bullying di sekolah.

Agar supaya semua strategi tersebut berhasil dan berjalan dengan baik, orang tua, guru, dan pihak sekolah harus saling bekerja sama. Sungguh merupakan mimpi buruk bagi orang tua dan guru apabila anak/siswa menjadi perundung jahat yang tidak beradab. Oleh karena itu, peran keduanya sangat penting bagi anak untuk menjadi manusia yang memiliki adab dan menjadi BERADAB.

 

 

 

 

DATFAR PUSTAKA

Maraknya Kasus Bullying Di Lingkungan Sekolah : Darurat Kesehatan Mental Bagi Pelajar ! (republika.co.id)

Adiyono, A., Adiyono, A., Irvan, I., & Rusanti, R. (2022). Peran Guru Dalam Mengatasi Perilaku Bullying. Al-Madrasah: Jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, 6(3), 649. https://doi.org/10.35931/am.v6i3.1050

Ramadhanti, R., & Hidayat, M. T. (2022). Strategi Guru dalam Mengatasi Perilaku Bullying Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(3), 4566–4573. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i3.2892

 


Share This :

0 Comments